Pemanfaatan ekosistem rawa saat ini, cenderung bersifat merusak, sehingga menyebabkan penurunan luas ekosistem rawa dari waktu ke waktu. Eksploitasi ekosistem rawa yang berlebihan, konversi rawa menjadi kawasan lambak, industri, pemukiman, pertanian, merupakan penyebab utama menurunnya luasan ekosistem rawa. Selain itu bila ekosistem rawa telah rusak akan banyak dampak negative yang dihasilkan dari kerusakan tersebut yang pada akhirnya akan merugikan semua populasi yang ada di daerah sekitar rawa tersebut terutama masyarakat sekitar. Dampaknya antara lain, dapat mengakibatkan kekeringan, dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan, hilangnya fauna dan flora di dalamnya, dan akan menjadi sangat berbahaya apabila mengalami kepunahan yang total pada sebagian besar kawasan di Indonesia, sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang, dan akibat yang lebih parah lagi yaitu akan mengakibatkan banjir.
Korupsi serta lemahnya penegakan hukum merupakan
penyebab yang paling utama yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dan punahnya
ekosistem rawa yang ada. Adanya tekanan pertumbuhan jumlah penduduk yang
demikian besar, yang pada akhirnya terbukti sebagai kekuatan yang paling
dominant yang mengakibatkan kawasan rawa ini mengalami kepunahan.
Proses reklamasi rawa yang berupa proses pengatusan genangan air beserta
akibatnya (oksidasi pirit, subsidence, irreversibility tanah
gambut) merupakan proses membahayakan dan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, kiranya kurang dipertimbangkan pada proses perencanaan, sehingga
mengakibatkan beberapa kegagalan. Dengan meningkatnya kebutuhan untuk
meningkatkan produksi pangan, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan
semakin tebatasnya lahan kering yang potensial untuk lahan pertanian,
maka dimasa mendatang akan menjadi keniscayaan bagi pemerintah untuk memikirkan
kembali perlunya pembukaan lahan pertanian baru di daerah reklamasi rawa.
Ekosistem
rawa terus mengalami penyusutan akibat berbagai tekanan seperti,
penebangan liar dan konversi kawasan rawa yang tak terkendali menjadi areal
tambak. Konsisi ini didukung dengan adanya desakan unutk memenuhi kebutuhan
hidup, terutama oleh masyarakat di sekitar kawasan ekosistem rawa tersebut.
Bahaya terbesar saat ini adalah menyangkut hutan rawa
gambut, berhubung teknologi yang ada bagi pengembangan lahan semacam ini
belumlah lengkap dan sempurna , sementara lahan rawa gambut apabila mengalami
subsiden , drainabilitasnya akan terganggu dan sulit untuk dipulihkan kembali .
Untuk saat sekarang nampaknya bagi kebanyakan lahan rawa bertanah gambut hampir
tidak ada peluang bagi pengembangan yang berkelanjutan karena status
perkembangan dan kemajuan teknologi yang ada saat ini masih belum memungkinkan
untuk itu . Bagaimanapun, hutan rawa gambut sebagaimana ditemukan saat ini
berada dalam skala luasan yang demikian besar, dan sekiranya
drainabilitas tidak berperan sebagai faktor yang menentukan,maka sesungguhnya
cukup terbuka peluang bagi pengembangannya secara berkelanjutan.
0 komentar:
Posting Komentar