Rawa adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisik, kimiawi, dan biologis. Rawa-rawa juga disebut "pembersih alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya. Dengan adanya eksploitasi yang tinggi terhadap ekosistem rawa, dan dengan adanya anggapan tentang rendahnya nilai ekonomis dari suatu rawa memacu terjadinya konversi ekosistem rawa yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan ekosistem rawa. Untuk menghindari kerusakan lingkungan yang semakin parah dan menjadikan lahan rawa tersebut menjadi produktif lagi, maka perlu diadakan upaya rehabilitasi. Disamping perencanaan, pengelolaan dan pemanfaatan yang sebaik-baiknya, pengembangan rawa memerlukan penerapan teknologi yang sesuai, pengelolaan tanah dan air yang tepat.
Berdasarkan PP No. 27 tahun 1991 tentang rawa, Rawa adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisik, kimiawi, dan biologis. Konservasi rawa adalah pengelolaan rawa sebagai sumber air yang berdasarkan pertimbangan teknis,sosial ekonomis dan lingkungan, bertujuan menjamin dan memelihara kelestarian keberadaan rawa sebagai sumber air dan meningkatkan fungsi serta pemanfaatannya.Reklamasi rawa adalah upaya meningkatkan fungsi dan pemanfaatan rawa untuk kepentingan masyarakat luas. Jaringan reklamasi rawa adalah keseluruhan saluran baikprimer, sekunder, maupun tersier dan bangunan yang merupakan satu kesatuan, beserta bangunan pelengkapnya, yang diperlukan untuk pengaturan, pembuangan, pemberian, pembagian dan penggunaan air.
Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Definisi yang lain dari rawa adalah semua macam tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-rawa, yang memiliki penuh nutrisi, adalah gudang harta ekologis untuk kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Jenis-jenis flora atau tumbuhan yang umum tumbuh di rawa antara lain durian burung (Durio carinatus), ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp), kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), rotan, pandan, palem-paleman, dan berbagai jenis lain.
Tempat terjadinya daerah rawa tidak dibatasi ketinggian (elevasi) lahan. Di tempat yang tinggi pun dapat ditemukan rawa di daerah depresi geologis. Genangan air di daerah deprsi ini terjadi karena terkumpulnya limpasan air hujan pada cekungan tersebut, sirkulasi air dapat terjadi karena adanya evaporasi dan tambahan lewat air tanah.
Daerah rawa memiliki nilai hidrologis bagi lingkungan fisik system hidrologi sungai. Daerah rawa di suatu daerah genangan banjir sungai, dapat berfungsi sebagai filter yang dapat menjernihkan air sebelum masuk ke sungai. Air limpasan dari daerah yang lebih tinggi mengalir masuk ke daerah rawa, karena adanya tumbuh-tumbuhan di daerah rawa tersebut. Kecepatan aliran menjadi kecil yang mengakibatkan terendapkannya sediment suspensi, oleh karena itu pada waktu meninggalkan daerah rawa, air tersebut sudah menjadi lebih jernih. Air tawar di daerah rawa adalah tempat berkembangbiaknya berbagai macam jenis ikan dan burung dan merupakan sumber air minum binatang buas pada saat musim kemarau terutama pada saat terjadi kekeringan. Daerah rawa juga dapat berfungsi sebagai reservoir air yang dapat menjaga keberdaan air tanah di daerah di atasnya.
Rawa-rawa juga disebut "pembersih alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya.
Kondisi ini sangat dilematis, karena cukup tingginya nilai ekonomi dari ekosistem rawa yang mengakibatkan terjadinya eksploitasi yang tinggi terhadap rawa tersebut, disisi lain adanya anggapan tentang rendahnya nilai ekonomi ekosistem rawa memacu konversi ekosistem rawa menjadi peruntukan lainnya. Kondisi ini jika dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem rawa dan hilangnya ekosistem rawa.
0 komentar:
Posting Komentar